PENGALAMAN DAN MOTIVASI BERAGAMA
DAN FUNGSINYA
BAGI KEHIDUPAN
I.
PENDAHULUAN
Agama ialah sistem norma yang mengatur manusia dengan yang lainnya,
sebuah sistem nilai- yang memuat norma-noma tertentu. Secara umum norma-norma
tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku. Pengaruh
agama dalam kehidupan individu memberi kemantaapan batin, rasa bahagia, rasa
terlindung, rasa puas, dalam hali ini agama dalam kehidupan individu selain
menjadi motivasi juga merupakan harapan.
Dalam hal ini akan dibahas tentang bagaimanakah peran pengalaman
dan motovasi dalam agama serta bagaimanakaj fungsinya bagi kehidupan seseorang.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagimana
peranan pengalaman dan motivasi dalam keberagamaan?
B.
Apa
saja fungsi dari agama?
III.
PEMBAHASAN
A.
Peranan
motivasi dan pengalaman beragama
Secara bahsa kata motivasi berasal dari bahsa inggris motivation
yang kata kerjanya motivate yang berarti “to provide with motives, as the
caracters is a story or pray” artinya sebagai karakter dalam cerita atau
permainan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia istilah motivasi berarti
sebab-sebab yang menjadi dorongan bagi tindakan seseorang. Dorongan itu dapat muncul dari tujuan dan kebutuhan. Berdasarkan munculnya, motivasi
terbagi menjadi dua, yaitu: motivasi
yang muncul dari dalam diri disebut motivasi intrinsik, yang bresifat
batin, dan ada pula yang berasal dari
luar diri seseorang yang disebut dengan motivasi ektinsik.
Motivasi intrinsik muncul karena akibat adanya tiga hal pokok
yaitu: kebutuhan, pengetahuan, dan aspirasi cita-cita. Sedangkan motivasi
ektrinsik muncul karena adanya tiga hal pokok juga yaitu: ganjaran, hukuman,
persaingan atau kompetisi. Ini semua meemberikan dorongan dalam jiwa seseorang
untuk melakukan suatu perbuatan, sejalan dengan itu motivai berguna dan
bermanfaat bagi manusia sebagai: menggerakan tingkah laku, mengarahkan tingkah
laku, menjaga dan menopang tingkah laku., menyeleksi perbuatan manusia.
Bahwasanya motivasi menjadi kunci dalam menafsirkan dan melahirkan
perbuatan manusia, peranan yang menentukan ini, dalam konsep islam disebut
niyyah dan ibadah. Niyyah merupakan pendorong utama manusia untuk berbuat atau
beramal, sedangkan ibadah adalah tujuan manusia berbuat amal. Maka perbuatan
mansia berada pada lingkar niyyah dan ibadah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
dorongan dapat bersifat psikis yang
muncul dalam diri , yang mana dorongan yang diakibatkan oleh kebutuhan,
pengetahuan dan cita-cita dalam diri seseorang.[1]
Sedangkan pengalaman ialah suatu pengetahuan yang timbul bukan pertama-tama
dari pikiran melainkan dari pergaulan praktis dengan dunia. Pergaulan tersebut
bersifat langsung, intuitif dan efektif. Bahwasanya keberagmaan manusia
tidaklah terlepas dari zaman serta kebudayaan
Agama ialah satu sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata
peribadatan, yang bertujuan mencapai keridhoan Tuhan dan keselamatan dunia
akhirat serta rahmat bagi segenap alam. Pada garis besarnya agama terdiri atas
aqidah, syari’ah(muamalah maupun ibadah) dan akhlak. [2]
Agama dalam kehidupan individu sebagai suatu sistem nilai yang
memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka
acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama
yang dianutnya. Sebagai sisitem nilai agama memiliki arti khusus dalam
kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas. Ciri khas ini
terlihat dalam kehidupan sehari-hari, bagimna sikap, penampilan maupun untuk
tujuan apa yang turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu. Dalam
membentuk sistem nilai dalam diri individu adalah agama. Nilai adalah gaya
pendorong dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada tindakan
seseorang . karena itu nilai menjadi penting dalam kehidupan seseorang. Nilai
mempunyai dua segi yaitu segi intelektual dan emosional.
Dilihat dari fungsi dan peran agama dalam memberi pengaruhnya
terhadap individu , baik dalam bentuk sistem nilai, motivasi maupun pedoman
hidup, maka pengaruh yang paling penting adalah sebagai pembentuk
kata hati (conscience). Kata hati menurut Erich Fromm adalah pangilan kembali
manusia kepada dirinya. Shaftesbury mengasumsikan bahwa kata hati sebagi suatu
reaksi emosional yang didasarkan ats fakta bahwa pikiran manusia pada dirinya
sendiri dalam mengatur keharmonisannya dengan tatanan kosmik (agama) lebih
tegas mengatakan bahwa kata hati sebagi kesadaran akan prinsip-prinsip moral.
Pada diri manusia ada sejumlah potensi untuk memberi arah dalam
kehidupan manusia. Potensi tersebut adalah naluriah, indrawi, nalar, agama.
Maka pendekatan ini, agama sudah menjadi fitrah yang dibawa sejak lahir.
Pengaruh lingkungan terhadap seseorang adalah memberi bimbingan kepada potensi
yang dimilikinya itu. Dengan demikian lingkungan sangat berpengaruh terhadap
potensi itu.
Dalam hal ini maka pengaruh agama dalam kehidupan agama dalam
kehidupan individu adalah memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa
terlindung, sukses dan puas. Perasaan positif ini lebih lanjut akan menjadi
pendorong untuk berbuat. Agama dalam kehidupan individu selain menjadi motivasi
dan nilai etik juga merupakan harapan.
Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk
melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang
keyakinan agama dinilai mempunyai kesucian, serta ketaatan. Keterkaitan ini
akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu. sedangkan agama
sebagi nilai etik karena dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang akan
terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh
menurut ajaran yang dianutnya. Sebaliknya agama juga sebagi pemberi harapan
bagi pelakunya. Seseorang yang melaksanakan perintah agama umumnya karena
adanya suatu harapan terhadap pengampunan atau kasih sayang dari suatu haraoan
terhadap pengampunan atau kasih sayang dari sesuatu yang ghaib. Sebab-sebab
manusia beragama dibagi menjadi 2:
1.
Sebab
Fitrah
2.
Sebab
empiris
Sebab
empiris adalah sebab dari luar dari manusia. Yang dari luar manusia itu masuk
kedalam diri manusia berupa pengalaman (empiri). Pengalaman itu bermacam-macam
yang menjadi sebab orang beragama. Pengalaman tersebut berasal dari lingkungan
sosial maupun fisik. Pengalaman itu meliputi pengalaman indrawi, intelektual,
emosional, paranormal.
Motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi, berbuat kebajikan
maupun berkorban. Sedangkan nilai etik mendorong seseorang untuk berlaku jujur,
menepati janji menjaga amanat dan sebagainya. Sedangkan harapan mendorong
seseorang untuk bersikap ikhlas, menrima cobaan yang berat ataupun berdo’a.
Sikap seperti itu akan lebih terasa secara mendalam jika bersumber dari
keyakinan terhadap agama.
Fungsi
agama dalam kehidupan masyarakat.
Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk
beradasarkan tatanan sosial tertentu. Pada dasarnya masyarakat terbentuk karena
adanya solidaritas (dasar terbentuknya organisasi dalam masyarakat) dan
konsensus (persetujuan berasama trehadap nilai-nilai dan norma yang meberikan
arah dan makna bagi kehidupan kelompok). Jika solidaritas dan konsensus dari
suatu masyarakat yang dianggap oleh Kuper dan M.G. Smith dianggap sebagi unsur
budaya yang digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari bersumber dari suatu
ajaran agama, mak fungsi agama adalah sebagai motivasi dan etos masyarakat. Sebaliknya agama juga
dapat menjadi pemecah, jika solidaritas dan konsensus melemah dan mengendur,
seperti sikap fanatisme kelompok tertentu dalam kelompok heterogen, maka akan memberi
pengaruh dalam menjaga solidaritas dan konsensus bersama. [3]
B.
Fungsi
agama dalam kehidupan
Bahwasanya agama mempunyai fungsi-fungsi bagi pemeluknya antara lain:
a.
Fungsi
Edukatif
Ajaran
agama berfungsi menyuruh dan melarang yang mempunyai latar belakang mengarahkan
bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik menurut ajaran agama.
b.
Fungsi
penyelamat
Stiap
manusia mengingankan selamat, dalam agama keselamatan yang dicakup adalah dunia
dan akhirat. Untuk mencapai keselamatan itu agama mengajarkan para penganutnya melalui
penegenalan pada masalahsakral, berupa keimanan kepada Tuhan. Pelaksanaan
pengenalan tersebut bertujuan agar dapat berkomunikasi dengan baik secara
langsung maupun dengan perantara tingkah laku menuju kearah itu secara praktis
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ajaran agama.
c.
Fungsi
sebagi pendamai
Dengan
agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapaui kedamaian batin
melalui tuntunan agama. Rasa berdosa akan hilang apabila seseorang pelanggar
menebus dosanya melalui tobatya
d.
Fungsi
sebagai social control
Para
penganut agama sesuai ajaran agama yang dipeluknya terikat kepada tuntunan
ajaran tersebut, ajaran agama oleh penganut dianggap sebagui norma, sehingga dalam hal ini agama
dapat berfungsi sebagi pengawasan social baik secara individu maupun kelompok,
karena agama merupakan norma bagi pemeluknya dan mampunyai fungsi kritis yang bersifat profetis (wahyu,
kenabian).
e.
Fungsi
kreatif
Ajaran
agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif bukan
saja untuk kepentingan sendiri tetapi juga untuk kepentingan orang lain.
Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang
sama, akan tetapi juga dituntut unutk melakukan inovasi dan penemuan baru.
f.
Fungsi
pemupuk rasa solidaritas
Para
penganut agama yang sama secara psikologis akan memilik kesamaan dalam satu
kesatuan: iaman dan percaya, rasa kesatuan ini akan membina solidaritas dalam
kelompok maupun perorangan yang kokoh.
g.
Fungsi
transformatif
Ajaran
agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi
kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan baru yang
diterima berdasarkan ajaran agamanya yang dipeluknya terkadang mampu mengubah
kesetiannya kepada adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu.
IV.
KESIMPULAN
Bahwasanya agama mempunyai peranan penting dalam kehidupan karena tidak
hanya mengatur kehidupan manusia dal;am
akhirat saja tetapi juga mengatur
bagaimana seharusnya manusia hidup d dunia, agama juga mengajarkan nilai-nilai
moral, ada beberapa fungsi agama yaitu: fungsi edukatif, fungsi taransformatif,
fungsi pemupuk rasa solidaritas, fungsi kreatif dsb.
V.
PENUTUP
Demikian makalah yang kami buat, kritik dan saran yang membengaun
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua, amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, 2004, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Endang, Saifudidin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, 1987, Jakarta:PT
Bina Ilmu
Jalaludidin, Psikologi Agama, 1996, Jakarta: RajaGrafindo
M. Nashir, Rangkuman Pengantar Ilmu Jiwa,1989 Jakarta:Miswar
[1] Baharuddin,Paradigma
psikologi islami, Yogyakarta: Pustaka pelajar, hal. 238-240
[2] Endang,
Saifudidin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, 1987, Jakarta:PT Bina Ilmu, hal. 172
[3]
Jalaludidin, Psikologi Agama, 1996, Jakarta: RajaGrafindo, hal. 226-231
PENGALAMAN DAN MOTIVASI BERAGAMA
DAN FUNGSINYA
BAGI KEHIDUPAN
I.
PENDAHULUAN
Agama ialah sistem norma yang mengatur manusia dengan yang lainnya,
sebuah sistem nilai- yang memuat norma-noma tertentu. Secara umum norma-norma
tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku. Pengaruh
agama dalam kehidupan individu memberi kemantaapan batin, rasa bahagia, rasa
terlindung, rasa puas, dalam hali ini agama dalam kehidupan individu selain
menjadi motivasi juga merupakan harapan.
Dalam hal ini akan dibahas tentang bagaimanakah peran pengalaman
dan motovasi dalam agama serta bagaimanakaj fungsinya bagi kehidupan seseorang.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagimana
peranan pengalaman dan motivasi dalam keberagamaan?
B.
Apa
saja fungsi dari agama?
III.
PEMBAHASAN
A.
Peranan
motivasi dan pengalaman beragama
Secara bahsa kata motivasi berasal dari bahsa inggris motivation
yang kata kerjanya motivate yang berarti “to provide with motives, as the
caracters is a story or pray” artinya sebagai karakter dalam cerita atau
permainan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia istilah motivasi berarti
sebab-sebab yang menjadi dorongan bagi tindakan seseorang. Dorongan itu dapat muncul dari tujuan dan kebutuhan. Berdasarkan munculnya, motivasi
terbagi menjadi dua, yaitu: motivasi
yang muncul dari dalam diri disebut motivasi intrinsik, yang bresifat
batin, dan ada pula yang berasal dari
luar diri seseorang yang disebut dengan motivasi ektinsik.
Motivasi intrinsik muncul karena akibat adanya tiga hal pokok
yaitu: kebutuhan, pengetahuan, dan aspirasi cita-cita. Sedangkan motivasi
ektrinsik muncul karena adanya tiga hal pokok juga yaitu: ganjaran, hukuman,
persaingan atau kompetisi. Ini semua meemberikan dorongan dalam jiwa seseorang
untuk melakukan suatu perbuatan, sejalan dengan itu motivai berguna dan
bermanfaat bagi manusia sebagai: menggerakan tingkah laku, mengarahkan tingkah
laku, menjaga dan menopang tingkah laku., menyeleksi perbuatan manusia.
Bahwasanya motivasi menjadi kunci dalam menafsirkan dan melahirkan
perbuatan manusia, peranan yang menentukan ini, dalam konsep islam disebut
niyyah dan ibadah. Niyyah merupakan pendorong utama manusia untuk berbuat atau
beramal, sedangkan ibadah adalah tujuan manusia berbuat amal. Maka perbuatan
mansia berada pada lingkar niyyah dan ibadah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
dorongan dapat bersifat psikis yang
muncul dalam diri , yang mana dorongan yang diakibatkan oleh kebutuhan,
pengetahuan dan cita-cita dalam diri seseorang.[1]
Sedangkan pengalaman ialah suatu pengetahuan yang timbul bukan pertama-tama
dari pikiran melainkan dari pergaulan praktis dengan dunia. Pergaulan tersebut
bersifat langsung, intuitif dan efektif. Bahwasanya keberagmaan manusia
tidaklah terlepas dari zaman serta kebudayaan
Agama ialah satu sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata
peribadatan, yang bertujuan mencapai keridhoan Tuhan dan keselamatan dunia
akhirat serta rahmat bagi segenap alam. Pada garis besarnya agama terdiri atas
aqidah, syari’ah(muamalah maupun ibadah) dan akhlak. [2]
Agama dalam kehidupan individu sebagai suatu sistem nilai yang
memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka
acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama
yang dianutnya. Sebagai sisitem nilai agama memiliki arti khusus dalam
kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas. Ciri khas ini
terlihat dalam kehidupan sehari-hari, bagimna sikap, penampilan maupun untuk
tujuan apa yang turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu. Dalam
membentuk sistem nilai dalam diri individu adalah agama. Nilai adalah gaya
pendorong dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada tindakan
seseorang . karena itu nilai menjadi penting dalam kehidupan seseorang. Nilai
mempunyai dua segi yaitu segi intelektual dan emosional.
Dilihat dari fungsi dan peran agama dalam memberi pengaruhnya
terhadap individu , baik dalam bentuk sistem nilai, motivasi maupun pedoman
hidup, maka pengaruh yang paling penting adalah sebagai pembentuk
kata hati (conscience). Kata hati menurut Erich Fromm adalah pangilan kembali
manusia kepada dirinya. Shaftesbury mengasumsikan bahwa kata hati sebagi suatu
reaksi emosional yang didasarkan ats fakta bahwa pikiran manusia pada dirinya
sendiri dalam mengatur keharmonisannya dengan tatanan kosmik (agama) lebih
tegas mengatakan bahwa kata hati sebagi kesadaran akan prinsip-prinsip moral.
Pada diri manusia ada sejumlah potensi untuk memberi arah dalam
kehidupan manusia. Potensi tersebut adalah naluriah, indrawi, nalar, agama.
Maka pendekatan ini, agama sudah menjadi fitrah yang dibawa sejak lahir.
Pengaruh lingkungan terhadap seseorang adalah memberi bimbingan kepada potensi
yang dimilikinya itu. Dengan demikian lingkungan sangat berpengaruh terhadap
potensi itu.
Dalam hal ini maka pengaruh agama dalam kehidupan agama dalam
kehidupan individu adalah memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa
terlindung, sukses dan puas. Perasaan positif ini lebih lanjut akan menjadi
pendorong untuk berbuat. Agama dalam kehidupan individu selain menjadi motivasi
dan nilai etik juga merupakan harapan.
Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk
melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang
keyakinan agama dinilai mempunyai kesucian, serta ketaatan. Keterkaitan ini
akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu. sedangkan agama
sebagi nilai etik karena dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang akan
terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh
menurut ajaran yang dianutnya. Sebaliknya agama juga sebagi pemberi harapan
bagi pelakunya. Seseorang yang melaksanakan perintah agama umumnya karena
adanya suatu harapan terhadap pengampunan atau kasih sayang dari suatu haraoan
terhadap pengampunan atau kasih sayang dari sesuatu yang ghaib. Sebab-sebab
manusia beragama dibagi menjadi 2:
1.
Sebab
Fitrah
2.
Sebab
empiris
Sebab
empiris adalah sebab dari luar dari manusia. Yang dari luar manusia itu masuk
kedalam diri manusia berupa pengalaman (empiri). Pengalaman itu bermacam-macam
yang menjadi sebab orang beragama. Pengalaman tersebut berasal dari lingkungan
sosial maupun fisik. Pengalaman itu meliputi pengalaman indrawi, intelektual,
emosional, paranormal.
Motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi, berbuat kebajikan
maupun berkorban. Sedangkan nilai etik mendorong seseorang untuk berlaku jujur,
menepati janji menjaga amanat dan sebagainya. Sedangkan harapan mendorong
seseorang untuk bersikap ikhlas, menrima cobaan yang berat ataupun berdo’a.
Sikap seperti itu akan lebih terasa secara mendalam jika bersumber dari
keyakinan terhadap agama.
Fungsi
agama dalam kehidupan masyarakat.
Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk
beradasarkan tatanan sosial tertentu. Pada dasarnya masyarakat terbentuk karena
adanya solidaritas (dasar terbentuknya organisasi dalam masyarakat) dan
konsensus (persetujuan berasama trehadap nilai-nilai dan norma yang meberikan
arah dan makna bagi kehidupan kelompok). Jika solidaritas dan konsensus dari
suatu masyarakat yang dianggap oleh Kuper dan M.G. Smith dianggap sebagi unsur
budaya yang digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari bersumber dari suatu
ajaran agama, mak fungsi agama adalah sebagai motivasi dan etos masyarakat. Sebaliknya agama juga
dapat menjadi pemecah, jika solidaritas dan konsensus melemah dan mengendur,
seperti sikap fanatisme kelompok tertentu dalam kelompok heterogen, maka akan memberi
pengaruh dalam menjaga solidaritas dan konsensus bersama. [3]
B.
Fungsi
agama dalam kehidupan
Bahwasanya agama mempunyai fungsi-fungsi bagi pemeluknya antara lain:
a.
Fungsi
Edukatif
Ajaran
agama berfungsi menyuruh dan melarang yang mempunyai latar belakang mengarahkan
bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik menurut ajaran agama.
b.
Fungsi
penyelamat
Stiap
manusia mengingankan selamat, dalam agama keselamatan yang dicakup adalah dunia
dan akhirat. Untuk mencapai keselamatan itu agama mengajarkan para penganutnya melalui
penegenalan pada masalahsakral, berupa keimanan kepada Tuhan. Pelaksanaan
pengenalan tersebut bertujuan agar dapat berkomunikasi dengan baik secara
langsung maupun dengan perantara tingkah laku menuju kearah itu secara praktis
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ajaran agama.
c.
Fungsi
sebagi pendamai
Dengan
agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapaui kedamaian batin
melalui tuntunan agama. Rasa berdosa akan hilang apabila seseorang pelanggar
menebus dosanya melalui tobatya
d.
Fungsi
sebagai social control
Para
penganut agama sesuai ajaran agama yang dipeluknya terikat kepada tuntunan
ajaran tersebut, ajaran agama oleh penganut dianggap sebagui norma, sehingga dalam hal ini agama
dapat berfungsi sebagi pengawasan social baik secara individu maupun kelompok,
karena agama merupakan norma bagi pemeluknya dan mampunyai fungsi kritis yang bersifat profetis (wahyu,
kenabian).
e.
Fungsi
kreatif
Ajaran
agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif bukan
saja untuk kepentingan sendiri tetapi juga untuk kepentingan orang lain.
Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang
sama, akan tetapi juga dituntut unutk melakukan inovasi dan penemuan baru.
f.
Fungsi
pemupuk rasa solidaritas
Para
penganut agama yang sama secara psikologis akan memilik kesamaan dalam satu
kesatuan: iaman dan percaya, rasa kesatuan ini akan membina solidaritas dalam
kelompok maupun perorangan yang kokoh.
g.
Fungsi
transformatif
Ajaran
agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi
kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan baru yang
diterima berdasarkan ajaran agamanya yang dipeluknya terkadang mampu mengubah
kesetiannya kepada adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu.
IV.
KESIMPULAN
Bahwasanya agama mempunyai peranan penting dalam kehidupan karena tidak
hanya mengatur kehidupan manusia dal;am
akhirat saja tetapi juga mengatur
bagaimana seharusnya manusia hidup d dunia, agama juga mengajarkan nilai-nilai
moral, ada beberapa fungsi agama yaitu: fungsi edukatif, fungsi taransformatif,
fungsi pemupuk rasa solidaritas, fungsi kreatif dsb.
V.
PENUTUP
Demikian makalah yang kami buat, kritik dan saran yang membengaun
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua, amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, 2004, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Endang, Saifudidin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, 1987, Jakarta:PT
Bina Ilmu
Jalaludidin, Psikologi Agama, 1996, Jakarta: RajaGrafindo
M. Nashir, Rangkuman Pengantar Ilmu Jiwa,1989 Jakarta:Miswar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar