PENGARUH KELOMPOK
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Sosial
Dosen Pengampu : Ibu Wening Wihartati
Disusun oleh :
Lailatis Syarifah (101111019)
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
PENGARUH KELOMPOK
I. Pendahuluan
Kita semua adalah anggota
kelompok yang pengaruhnya sangat besar dalam hidup.[1]
Kebutuhan akan kelompok semakin hari semakin nyata. Terbukti bahwa makin banyak
organisasi yang tumbuh. Disamping makin banyak jumlahnya, juga makin spesifik,
baik dalam bentuk maupun aktifitas dan tujuannya.[2]
Kelompok adalah agregat
sosial dimana anggota-anggota yang saling tergantung, dan setidak-tidaknya
memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain.[3]
Dengan demikian, mempelajari kelompok akan sangat berguna untuk memahami
perilaku sosial.[4]
II. Rumusan
masalah
A.
Apakah yang dimaksud
dengan kelompok?
B.
Bagaimana proses
dan dasar terjadinya kelompok?
C.
Apakah yang
dimaksud dengan norma kelompok?
D.
Bagaimana alasan
masuk kelompok?
E.
Bagaimana
pengaruh dalam kelompok?
III. Pembahasan
A. Pengertian
kelompok
Dalam kehidupan dapat kita amati
dalam masyarakat terdapat adanya kelompok-kelompok tertentu yang jumlahnya sangat banyak, kelompok satu
dengan lainnya berbeda. Menurut Show (1979) kelompok ialah “as two or more people who interact
with and influence one other”, yakni satu atau dua orang yang anggotanya
saling berinteraksi satu dengan yang lain, dan karenanya saling mempengaruhi. Kelompok mempunyai ciri-ciri,
yaitu tujuan, struktur, dan
groupness. Macam-macam kelompok, antara lain:
1. Kelompok
primer
Kelompok
primer ialah kelompok yanng mempunyai interkasi sosial yang cukup intensif,
cukup akrab, hubungan antara anggota satu dengan yang lain cukup baik. Kelompok
ini juga sering disebut face to face group, anggota kelompok satu sering
bertemu dengan kelompok lain, sehingga para anggota kelompok satu sering
bertemu dengan kelompok yang lain, sehingga para anggota kelompok salinng kenal
mengenal dengan baik. Misal keluarga, kelompok belajar.
2. Kelompok
sekunder
Kelompok
sekunder ialah kelompok yang
mempunyai interaksi yang kurang mendalam bila dibandingkan dengan kelompok
primer. Hubungan antara anggota satu dengan yang kurang mendalam, karenanya
hubungan anggota satu dengan anggota yang lain agak renggang, tidak seintensif
seperti pada kelompok primer. Hubungan pada kelompok sekunder lebih bersifat
formal, objektif, atas dasar logis rasional, kurang bersifat kekeluargaan,
sedangkan pada kelompok primer hubungannya justru sebaliknya, lebih bersifat
informal, subjektif, atas dasar perasaan dan dasar kekeluargaan. [5]
Ciri-ciri
kelompok
a. Terdapat
dorongan(motiv) yang sama pada individu-individu yang menyebabkan tejadinya
interksi kearah tujuan yang sama.
b. Terdapat
akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu individu yang satu
denga yanng lain berdasarkan reaksi-reaksi dan kecakapan-kecakapan yang berbeda
antara individu yang terlibat didalamnya. Oleh karena itu lambat laun mulai
terbentuk pembagian tugas serta struktur
tugas tugas tertentu dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan yang sama itu.
Sementara itu mulai pula terbentuk norma-norma yang khas dalam interaksi
kelompok kearah tujuannya sehingga mulai terbentuk kelompok sosial dengan ciri-ciri khas.
c. Pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas dan terdiri atas
peranan-peranan dan kedudukan yang lambat laun berkembang dalam usaha pencapaian
tujuannya.
d. Terjadinya
penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang
mengatur interaksi dan kegiatan kelompok dalam merealisasikan tujuan kelompok.[6]
B. Proses
dan dasar pembentukan kelompok
Kelompok
ialah suatu keadaan yang dialami oleh seseorang dengan alasan untuk
mengelompokan dirinya dengan sesamanya untuk mencapai suatu tujuan bersama, dan
dengan tujuan itu mungkin tak dapat dicapai sendiri dengan usahanya. Adapun
dasar-dasar pembentukan kelompok yaitu:
Ø Dasar
psikologis
Ø Dasar
pedagogis
Yakni
bahwa dengan terbentuknya kelompok dapat ditingkatkan taraf perkembanganya
kepribadian seseorang. Dengan adanya hubungan timbal balik dalam kelompok maka
prestasi idividu dapat ditingkatkan. Misalnya Rasa malu menjadi berani, sifat
malas menjadi rajin akibat disiplin keleompok yang terlatih
Ø Dasar
didaktis
Kelompok
memiliki nilai didaktis, yang sebagi alat
untuk menjadi perantara, penyampaian materi yang baru kepada anggota,
dan melalui kerja kelompok anggota dapat menguasai suatu materi dengan jalan
diskusi, sosial jawab secara singkat, melengkapi dan sebagainya.
Dalam
sebuah kelompok terdapat norma-norma tingkah laku yang khas antara anggota
kelompok yang mana diharapkan dari semua anggota kelompok dalam kedaan yang
berhubungan dengan kehidupan dan tujuan
interaksi kelompok, dengan norma kelompok memberi pedoman mengenai tingkah laku
mana dan sampai batas mana masih dapat diterima oleh kelompok dan tingkah laku
anggota yang mana tidk diperbolehkan lagi oleh kelompok.[7]
C. Norma
Kelompok
Yang
dimaksud dengan norma kelompok adalah pedoman-pedoman yang mengatur perilaku
atau perbuatan anggota kelompok, norma berada dan berlaku dalam kelompok yang
bersangkutan. Dalam organisasi terdapat norma-norma yang berlaku dalam
organisasi yang bersangkutan. Karena adanya bermacam-macam kelompok, maka norma
yang ada dalam suatu kelompok tertentu, mungkin tidak berlaku untuk kelompok
lain. Dalam norma kelompok sikap dan tangggapan anggota bermacam-macam, ada
yang tunduk dengan norma tersebut dengan terpaksa karena ia bergabung dengan kelompok
yang bersangkutan, tetapi juga ada yang tunduk dengan norma kelompok dengan
penuh pengertian dan kesadaran, hingga norma kelompok dijadikan normanya
sendiri. Norma kelompok bersifat tidak tetap, yang dapat berubah sesuai dengan
keadaan yang dihadapi oleh kelompok.[8]
Norma bisa tertulis, bisa juga tidak tertulis. Untuk
organisasi formal, biasanya norma yang diterapkan tertulis. Norma yang tertulis
pada umumnya mencakup hal-hal yang khusus, sehingga lebih tepat disebut sebagai
peraturan. Dengan adanya norma dan peraturan kelompok, maka individu akan
berperilaku sesuai dengan batas yang ditentukan. Lebih jauh lagi ia akan berperilaku
sesuai dengan tugas yang dibebankan padanya. Untuk itulah muncul peran-peran
tertentu di dalam suatu kelompok.[9]
D.
Alasan masuk
kelompok
Sebagian besar orang masuk kelompok mempunyai alasan
tertentu, meskipun tanpa disadari.
Secara psikologis, orang masuk dalam kelompok
setidaknya karena tiga alasan (Worchel dan Cooper, 1983), yaitu:
1.
Pada hakekatnya
orang mempunyai kebutuhan untuk berafiliasi.
2.
Kelompok sering
menjadi sumber informasi.
3.
Kelompok sering
memberikan hadiah. Alasan ini sering menjadi dasar kepindahan orang ke kelompok
lain.[10]
E.
Pengaruh
Kelompok
Anggota
dalam kelompok yang kohesif akan memberikan respon yang positif terhadap para
anggota kelompok. Penemuan French memberikan gambaran bahwa dalam kelompok
yang terorganisasi motivasinya lebih baik atau lebih tinggi dari pada kelompok yang tidak
terorganisasi. Secara teoritik kelompok yang kohesif akan terdorong untuk
konform dengan norma kelompok dan merespon positif terhadap anggota kelompok.[11]
Kekuatan
pengaruh dalam suatu
kelompok dapat mengubah perilaku anggota di dalamnya. Sehingga individu dapat
menjadi orang yang sedikit atau bahkan
jauh berbeda jika berada di dalam suatu kelompok.
Passer
dan Smith melaporkan penelitian yang dilakukan oleh Norman Triplett(2007:623)
mengenai pengaruh kelompok. Triplett menggunakan hipotesis bahwa kelompok dapat
meningkatkan performa orang.
Pengertian
dari pengaruh sosial(social influence) itu sendiri seperti yang
dikemukakan oleh Cialdini, adalah usaha untuk mengubah sikap,
kepercayaan(belief), persepsi, atau pun tingkah laku satu atau beberapa orang
lainnya(Sarwono dan Meinarno:2009, 105).
Kelompok
dengan caranya sendiri dapat mempengaruhi individu, biasanya dengan norma atau
aturan-aturan yang ada di dalamnya. Kadang terbesit di kepala kita untuk melakukan sesuatu, hanya saja karena terbentur aturan dalam masyarakat (kelompok masyarakat)
kita mengurungkan niat. Kemudian apa yang terjadi kalau kita tidak mengindahkan aturan dalam kelompok?
Kemungkinan yang sering terjadi adalah dikucilkan dari kelompok. Sementara secara instingtif kita adalah makhluk sosial,
yang ingin diterima secara sosial di tempat kita berada. Pengucilan dari suatu kelompok dapat menjadikan kita tidak nyaman.
Namun
melalui norma inilah, kelompok dapat membentuk keteraturan di dalamnya untuk menjaga stabilitas kelompok dan keamanan anggotanya. Norma sosial sebagai salah satu instrumen pengaruh dalam kelompok diartikan sebagai, “…shared
expectations about how people should think, feel, and behave…”(Schaller&Crandall,
dalam Passer&Smith: 2007, 624). Pengertian norma juga diajukan oleh Sarwono
dan Meinarno(2009:106), yaitu “aturan-aturan yang mengatur tentang bagaimana
sebaiknya kita bertingkah laku”.
Norma
dalam rumah, masyarakat, kebudayaan,
perusahaan atau organisasi secara umum inilah salah satu faktor yang
membuat kita terpengaruh untuk memunculkan perilaku berbeda ketika sedang dalam
kelompok.[12]
IV.
Kesimpulan
Kelompok ialah “as
two or more people who interact with and influence one other”, yakni satu
atau dua orang yang anggotanya saling berinteraksi satu dengan yang lain, dan
karenanya saling mempengaruhi. Kelompok mempunyai
ciri-ciri, yaitu tujuan, struktur, dan groupness.
Macam-macam kelompok yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Dalam
kelompok juga ada dasar-dasar pembentukan kelompok, yaitu:
Ø
Dasar psikologis
Ø
Dasar pedagogis
Ø
Dasar didaktis
Dalam kelompok juga terdapat norma kelompok yaitu, pedoman-pedoman
yang mengatur perilaku atau perbuatan anggota kelompok, norma berada dan
berlaku dalam kelompok yang bersangkutan. Kelompok dengan caranya sendiri dapat
mempengaruhi individu, biasanya dengan norma atau aturan-aturan yang ada di
dalamnya. Kadang terbesit di kepala kita
untuk melakukan sesuatu, hanya saja karena terbentur aturan dalam masyarakat (kelompok masyarakat)
kita mengurungkan niat. Kemudian apa yang terjadi kalau
kita tidak mengindahkan aturan dalam kelompok? Kemungkinan yang sering
terjadi adalah dikucilkan dari
kelompok. Namun melalui norma inilah, kelompok dapat membentuk keteraturan di
dalamnya untuk menjaga stabilitas kelompok
dan keamanan anggotanya.
V.
Penutup
Demikianlah makalah yang kami buat,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, amin
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi,
Abu, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka
Cipta), 1999
Faturochman,
Pengantar Psikologi Sosial, ( Yogyakarta: Pustaka), 2006
Gerungan, Psikologi
Sosial,( Bandung: Refika Aditama), 2004
Sears, David O, dkk ( alih bahasa, Michael Adryanto), Psikologi
Sosial, (Jakarta: Erlangga), 1994
Walgito, Bimo, Psikologi Sosial, (Yogyakarta:
Andi), 2002
[1]David O.Sears, Jonathan L. freedman, L.Anne Peplau,( alih bahasa,
Michael Adryanto), Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1994), eds. V, hal. 106
[2]Dr. Faturochman, M.A, Pengantar Psikologi Sosial, ( Yogyakarta:
Pustaka, 2006) cet. I, hal. 90
[6] Gerungan, Psikologi
Sosial, 2004, Bandung: Refika Aditama. Hal 94-95
[7] Abu, ahmadi, Psikologi
Sosial, 1999, Jakarta: Rineka Cipta. Hal 106-108
[8] Bimo, hal
89-90
tenkyu broo
BalasHapus