Sabtu, 02 Juni 2012

pengalaman dan motivasi beragama dan fungsinya bagi kehidupan (psikologi agama)


    PENGALAMAN DAN MOTIVASI BERAGAMA
DAN FUNGSINYA BAGI KEHIDUPAN

              I.       PENDAHULUAN
Agama ialah sistem norma yang mengatur manusia dengan yang lainnya, sebuah sistem nilai- yang memuat norma-noma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku. Pengaruh agama dalam kehidupan individu memberi kemantaapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa puas, dalam hali ini agama dalam kehidupan individu selain menjadi motivasi juga merupakan harapan.
Dalam hal ini akan dibahas tentang bagaimanakah peran pengalaman dan motovasi dalam agama serta bagaimanakaj fungsinya bagi kehidupan seseorang.

           II.       RUMUSAN MASALAH
A.      Bagimana peranan pengalaman dan motivasi dalam keberagamaan?
B.       Apa saja fungsi dari agama?

        III.       PEMBAHASAN
A.      Peranan motivasi dan pengalaman beragama
Secara bahsa kata motivasi berasal dari bahsa inggris motivation yang kata kerjanya motivate yang berarti “to provide with motives, as the caracters is a story or pray” artinya sebagai karakter dalam cerita atau permainan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia istilah motivasi berarti sebab-sebab yang menjadi dorongan bagi tindakan seseorang.  Dorongan itu dapat muncul dari tujuan dan  kebutuhan. Berdasarkan munculnya, motivasi terbagi menjadi dua, yaitu: motivasi  yang muncul dari dalam diri disebut motivasi intrinsik, yang bresifat batin, dan  ada pula yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut dengan motivasi ektinsik.
Motivasi intrinsik muncul karena akibat adanya tiga hal pokok yaitu: kebutuhan, pengetahuan, dan aspirasi cita-cita. Sedangkan motivasi ektrinsik muncul karena adanya tiga hal pokok juga yaitu: ganjaran, hukuman, persaingan atau kompetisi. Ini semua meemberikan dorongan dalam jiwa seseorang untuk melakukan suatu perbuatan, sejalan dengan itu motivai berguna dan bermanfaat bagi manusia sebagai: menggerakan tingkah laku, mengarahkan tingkah laku, menjaga dan menopang tingkah laku., menyeleksi perbuatan manusia.
Bahwasanya motivasi menjadi kunci dalam menafsirkan dan melahirkan perbuatan manusia, peranan yang menentukan ini, dalam konsep islam disebut niyyah dan ibadah. Niyyah merupakan pendorong utama manusia untuk berbuat atau beramal, sedangkan ibadah adalah tujuan manusia berbuat amal. Maka perbuatan mansia berada pada lingkar niyyah dan ibadah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dorongan dapat  bersifat psikis yang muncul dalam diri , yang mana dorongan yang diakibatkan oleh kebutuhan, pengetahuan dan cita-cita dalam diri seseorang.[1]
Sedangkan pengalaman ialah suatu pengetahuan yang timbul bukan pertama-tama dari pikiran melainkan dari pergaulan praktis dengan dunia. Pergaulan tersebut bersifat langsung, intuitif dan efektif. Bahwasanya keberagmaan manusia tidaklah terlepas dari zaman serta kebudayaan
Agama ialah satu sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan, yang bertujuan mencapai keridhoan Tuhan dan keselamatan dunia akhirat serta rahmat bagi segenap alam. Pada garis besarnya agama terdiri atas aqidah, syari’ah(muamalah maupun ibadah) dan akhlak. [2]
Agama dalam kehidupan individu sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sisitem nilai agama memiliki arti khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas. Ciri khas ini terlihat dalam kehidupan sehari-hari, bagimna sikap, penampilan maupun untuk tujuan apa yang turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu. Dalam membentuk sistem nilai dalam diri individu adalah agama. Nilai adalah gaya pendorong dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada tindakan seseorang . karena itu nilai menjadi penting dalam kehidupan seseorang. Nilai mempunyai dua segi yaitu segi intelektual dan emosional.
Dilihat dari fungsi dan peran agama dalam memberi pengaruhnya terhadap individu , baik dalam bentuk sistem nilai, motivasi maupun pedoman hidup, maka pengaruh yang paling penting adalah sebagai    pembentuk kata hati (conscience). Kata hati menurut Erich Fromm adalah pangilan kembali manusia kepada dirinya. Shaftesbury mengasumsikan bahwa kata hati sebagi suatu reaksi emosional yang didasarkan ats fakta bahwa pikiran manusia pada dirinya sendiri dalam mengatur keharmonisannya dengan tatanan kosmik (agama) lebih tegas mengatakan bahwa kata hati sebagi kesadaran akan prinsip-prinsip moral.
Pada diri manusia ada sejumlah potensi untuk memberi arah dalam kehidupan manusia. Potensi tersebut adalah naluriah, indrawi, nalar, agama. Maka pendekatan ini, agama sudah menjadi fitrah yang dibawa sejak lahir. Pengaruh lingkungan terhadap seseorang adalah memberi bimbingan kepada potensi yang dimilikinya itu. Dengan demikian lingkungan sangat berpengaruh terhadap potensi itu.
Dalam hal ini maka pengaruh agama dalam kehidupan agama dalam kehidupan individu adalah memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung, sukses dan puas. Perasaan positif ini lebih lanjut akan menjadi pendorong untuk berbuat. Agama dalam kehidupan individu selain menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan.
Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai kesucian, serta ketaatan. Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu. sedangkan agama sebagi nilai etik karena dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran yang dianutnya. Sebaliknya agama juga sebagi pemberi harapan bagi pelakunya. Seseorang yang melaksanakan perintah agama umumnya karena adanya suatu harapan terhadap pengampunan atau kasih sayang dari suatu haraoan terhadap pengampunan atau kasih sayang dari sesuatu yang ghaib. Sebab-sebab manusia beragama dibagi menjadi 2:
1.        Sebab Fitrah
2.        Sebab empiris
Sebab empiris adalah sebab dari luar dari manusia. Yang dari luar manusia itu masuk kedalam diri manusia berupa pengalaman (empiri). Pengalaman itu bermacam-macam yang menjadi sebab orang beragama. Pengalaman tersebut berasal dari lingkungan sosial maupun fisik. Pengalaman itu meliputi pengalaman indrawi, intelektual, emosional, paranormal.
Motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi, berbuat kebajikan maupun berkorban. Sedangkan nilai etik mendorong seseorang untuk berlaku jujur, menepati janji menjaga amanat dan sebagainya. Sedangkan harapan mendorong seseorang untuk bersikap ikhlas, menrima cobaan yang berat ataupun berdo’a. Sikap seperti itu akan lebih terasa secara mendalam jika bersumber dari keyakinan terhadap agama.
Fungsi agama dalam kehidupan masyarakat.
Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk beradasarkan tatanan sosial tertentu. Pada dasarnya masyarakat terbentuk karena adanya solidaritas (dasar terbentuknya organisasi dalam masyarakat) dan konsensus (persetujuan berasama trehadap nilai-nilai dan norma yang meberikan arah dan makna bagi kehidupan kelompok). Jika solidaritas dan konsensus dari suatu masyarakat yang dianggap oleh Kuper dan M.G. Smith dianggap sebagi unsur budaya yang digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari bersumber dari suatu ajaran agama, mak fungsi agama adalah sebagai motivasi  dan etos masyarakat. Sebaliknya agama juga dapat menjadi pemecah, jika solidaritas dan konsensus melemah dan mengendur, seperti sikap fanatisme kelompok tertentu dalam kelompok heterogen, maka akan memberi pengaruh dalam menjaga solidaritas dan konsensus bersama. [3] 

B.            Fungsi agama dalam kehidupan
Bahwasanya agama mempunyai fungsi-fungsi bagi pemeluknya  antara lain:
a.              Fungsi Edukatif
Ajaran agama berfungsi menyuruh dan melarang yang mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik menurut ajaran agama.
b.             Fungsi penyelamat
Stiap manusia mengingankan selamat, dalam agama keselamatan yang dicakup adalah dunia dan akhirat. Untuk mencapai keselamatan itu agama  mengajarkan para penganutnya melalui penegenalan pada masalahsakral, berupa keimanan kepada Tuhan. Pelaksanaan pengenalan tersebut bertujuan agar dapat berkomunikasi dengan baik secara langsung maupun dengan perantara tingkah laku menuju kearah itu secara praktis dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ajaran agama.
c.              Fungsi sebagi pendamai
Dengan agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapaui kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa akan hilang apabila seseorang pelanggar menebus dosanya melalui tobatya
d.             Fungsi sebagai social control
Para penganut agama sesuai ajaran agama yang dipeluknya terikat kepada tuntunan ajaran tersebut, ajaran agama oleh penganut dianggap  sebagui norma, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagi pengawasan social baik secara individu maupun kelompok, karena agama merupakan norma bagi pemeluknya dan mampunyai fungsi  kritis yang bersifat profetis (wahyu, kenabian).  
e.              Fungsi kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan sendiri tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut unutk melakukan inovasi dan penemuan baru.
f.              Fungsi pemupuk rasa solidaritas
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan memilik kesamaan dalam satu kesatuan: iaman dan percaya, rasa kesatuan ini akan membina solidaritas dalam kelompok maupun perorangan yang kokoh.
g.             Fungsi transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan baru yang diterima berdasarkan ajaran agamanya yang dipeluknya terkadang mampu mengubah kesetiannya kepada adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu.

                    IV.                  KESIMPULAN
Bahwasanya agama mempunyai peranan penting dalam kehidupan karena tidak hanya mengatur kehidupan manusia  dal;am akhirat saja tetapi juga  mengatur bagaimana seharusnya manusia hidup d dunia, agama juga mengajarkan nilai-nilai moral, ada beberapa fungsi agama yaitu: fungsi edukatif, fungsi taransformatif, fungsi pemupuk rasa solidaritas, fungsi kreatif dsb.

                     V.                   PENUTUP
Demikian makalah yang kami buat, kritik dan saran yang membengaun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, amin.


DAFTAR PUSTAKA  

Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, 2004, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Endang, Saifudidin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, 1987, Jakarta:PT Bina Ilmu
Jalaludidin, Psikologi Agama, 1996, Jakarta: RajaGrafindo
M. Nashir, Rangkuman Pengantar Ilmu Jiwa,1989 Jakarta:Miswar



[1] Baharuddin,Paradigma psikologi islami, Yogyakarta: Pustaka pelajar, hal. 238-240
[2] Endang, Saifudidin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, 1987,  Jakarta:PT Bina Ilmu, hal. 172
[3] Jalaludidin, Psikologi Agama, 1996, Jakarta: RajaGrafindo, hal. 226-231
    PENGALAMAN DAN MOTIVASI BERAGAMA
DAN FUNGSINYA BAGI KEHIDUPAN

              I.       PENDAHULUAN
Agama ialah sistem norma yang mengatur manusia dengan yang lainnya, sebuah sistem nilai- yang memuat norma-noma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku. Pengaruh agama dalam kehidupan individu memberi kemantaapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa puas, dalam hali ini agama dalam kehidupan individu selain menjadi motivasi juga merupakan harapan.
Dalam hal ini akan dibahas tentang bagaimanakah peran pengalaman dan motovasi dalam agama serta bagaimanakaj fungsinya bagi kehidupan seseorang.

           II.       RUMUSAN MASALAH
A.      Bagimana peranan pengalaman dan motivasi dalam keberagamaan?
B.       Apa saja fungsi dari agama?

        III.       PEMBAHASAN
A.      Peranan motivasi dan pengalaman beragama
Secara bahsa kata motivasi berasal dari bahsa inggris motivation yang kata kerjanya motivate yang berarti “to provide with motives, as the caracters is a story or pray” artinya sebagai karakter dalam cerita atau permainan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia istilah motivasi berarti sebab-sebab yang menjadi dorongan bagi tindakan seseorang.  Dorongan itu dapat muncul dari tujuan dan  kebutuhan. Berdasarkan munculnya, motivasi terbagi menjadi dua, yaitu: motivasi  yang muncul dari dalam diri disebut motivasi intrinsik, yang bresifat batin, dan  ada pula yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut dengan motivasi ektinsik.
Motivasi intrinsik muncul karena akibat adanya tiga hal pokok yaitu: kebutuhan, pengetahuan, dan aspirasi cita-cita. Sedangkan motivasi ektrinsik muncul karena adanya tiga hal pokok juga yaitu: ganjaran, hukuman, persaingan atau kompetisi. Ini semua meemberikan dorongan dalam jiwa seseorang untuk melakukan suatu perbuatan, sejalan dengan itu motivai berguna dan bermanfaat bagi manusia sebagai: menggerakan tingkah laku, mengarahkan tingkah laku, menjaga dan menopang tingkah laku., menyeleksi perbuatan manusia.
Bahwasanya motivasi menjadi kunci dalam menafsirkan dan melahirkan perbuatan manusia, peranan yang menentukan ini, dalam konsep islam disebut niyyah dan ibadah. Niyyah merupakan pendorong utama manusia untuk berbuat atau beramal, sedangkan ibadah adalah tujuan manusia berbuat amal. Maka perbuatan mansia berada pada lingkar niyyah dan ibadah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dorongan dapat  bersifat psikis yang muncul dalam diri , yang mana dorongan yang diakibatkan oleh kebutuhan, pengetahuan dan cita-cita dalam diri seseorang.[1]
Sedangkan pengalaman ialah suatu pengetahuan yang timbul bukan pertama-tama dari pikiran melainkan dari pergaulan praktis dengan dunia. Pergaulan tersebut bersifat langsung, intuitif dan efektif. Bahwasanya keberagmaan manusia tidaklah terlepas dari zaman serta kebudayaan
Agama ialah satu sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan, yang bertujuan mencapai keridhoan Tuhan dan keselamatan dunia akhirat serta rahmat bagi segenap alam. Pada garis besarnya agama terdiri atas aqidah, syari’ah(muamalah maupun ibadah) dan akhlak. [2]
Agama dalam kehidupan individu sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sisitem nilai agama memiliki arti khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas. Ciri khas ini terlihat dalam kehidupan sehari-hari, bagimna sikap, penampilan maupun untuk tujuan apa yang turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu. Dalam membentuk sistem nilai dalam diri individu adalah agama. Nilai adalah gaya pendorong dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada tindakan seseorang . karena itu nilai menjadi penting dalam kehidupan seseorang. Nilai mempunyai dua segi yaitu segi intelektual dan emosional.
Dilihat dari fungsi dan peran agama dalam memberi pengaruhnya terhadap individu , baik dalam bentuk sistem nilai, motivasi maupun pedoman hidup, maka pengaruh yang paling penting adalah sebagai    pembentuk kata hati (conscience). Kata hati menurut Erich Fromm adalah pangilan kembali manusia kepada dirinya. Shaftesbury mengasumsikan bahwa kata hati sebagi suatu reaksi emosional yang didasarkan ats fakta bahwa pikiran manusia pada dirinya sendiri dalam mengatur keharmonisannya dengan tatanan kosmik (agama) lebih tegas mengatakan bahwa kata hati sebagi kesadaran akan prinsip-prinsip moral.
Pada diri manusia ada sejumlah potensi untuk memberi arah dalam kehidupan manusia. Potensi tersebut adalah naluriah, indrawi, nalar, agama. Maka pendekatan ini, agama sudah menjadi fitrah yang dibawa sejak lahir. Pengaruh lingkungan terhadap seseorang adalah memberi bimbingan kepada potensi yang dimilikinya itu. Dengan demikian lingkungan sangat berpengaruh terhadap potensi itu.
Dalam hal ini maka pengaruh agama dalam kehidupan agama dalam kehidupan individu adalah memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung, sukses dan puas. Perasaan positif ini lebih lanjut akan menjadi pendorong untuk berbuat. Agama dalam kehidupan individu selain menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan.
Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai kesucian, serta ketaatan. Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu. sedangkan agama sebagi nilai etik karena dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran yang dianutnya. Sebaliknya agama juga sebagi pemberi harapan bagi pelakunya. Seseorang yang melaksanakan perintah agama umumnya karena adanya suatu harapan terhadap pengampunan atau kasih sayang dari suatu haraoan terhadap pengampunan atau kasih sayang dari sesuatu yang ghaib. Sebab-sebab manusia beragama dibagi menjadi 2:
1.        Sebab Fitrah
2.        Sebab empiris
Sebab empiris adalah sebab dari luar dari manusia. Yang dari luar manusia itu masuk kedalam diri manusia berupa pengalaman (empiri). Pengalaman itu bermacam-macam yang menjadi sebab orang beragama. Pengalaman tersebut berasal dari lingkungan sosial maupun fisik. Pengalaman itu meliputi pengalaman indrawi, intelektual, emosional, paranormal.
Motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi, berbuat kebajikan maupun berkorban. Sedangkan nilai etik mendorong seseorang untuk berlaku jujur, menepati janji menjaga amanat dan sebagainya. Sedangkan harapan mendorong seseorang untuk bersikap ikhlas, menrima cobaan yang berat ataupun berdo’a. Sikap seperti itu akan lebih terasa secara mendalam jika bersumber dari keyakinan terhadap agama.
Fungsi agama dalam kehidupan masyarakat.
Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk beradasarkan tatanan sosial tertentu. Pada dasarnya masyarakat terbentuk karena adanya solidaritas (dasar terbentuknya organisasi dalam masyarakat) dan konsensus (persetujuan berasama trehadap nilai-nilai dan norma yang meberikan arah dan makna bagi kehidupan kelompok). Jika solidaritas dan konsensus dari suatu masyarakat yang dianggap oleh Kuper dan M.G. Smith dianggap sebagi unsur budaya yang digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari bersumber dari suatu ajaran agama, mak fungsi agama adalah sebagai motivasi  dan etos masyarakat. Sebaliknya agama juga dapat menjadi pemecah, jika solidaritas dan konsensus melemah dan mengendur, seperti sikap fanatisme kelompok tertentu dalam kelompok heterogen, maka akan memberi pengaruh dalam menjaga solidaritas dan konsensus bersama. [3] 

B.            Fungsi agama dalam kehidupan
Bahwasanya agama mempunyai fungsi-fungsi bagi pemeluknya  antara lain:
a.              Fungsi Edukatif
Ajaran agama berfungsi menyuruh dan melarang yang mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik menurut ajaran agama.
b.             Fungsi penyelamat
Stiap manusia mengingankan selamat, dalam agama keselamatan yang dicakup adalah dunia dan akhirat. Untuk mencapai keselamatan itu agama  mengajarkan para penganutnya melalui penegenalan pada masalahsakral, berupa keimanan kepada Tuhan. Pelaksanaan pengenalan tersebut bertujuan agar dapat berkomunikasi dengan baik secara langsung maupun dengan perantara tingkah laku menuju kearah itu secara praktis dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ajaran agama.
c.              Fungsi sebagi pendamai
Dengan agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapaui kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa akan hilang apabila seseorang pelanggar menebus dosanya melalui tobatya
d.             Fungsi sebagai social control
Para penganut agama sesuai ajaran agama yang dipeluknya terikat kepada tuntunan ajaran tersebut, ajaran agama oleh penganut dianggap  sebagui norma, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagi pengawasan social baik secara individu maupun kelompok, karena agama merupakan norma bagi pemeluknya dan mampunyai fungsi  kritis yang bersifat profetis (wahyu, kenabian).  
e.              Fungsi kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan sendiri tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut unutk melakukan inovasi dan penemuan baru.
f.              Fungsi pemupuk rasa solidaritas
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan memilik kesamaan dalam satu kesatuan: iaman dan percaya, rasa kesatuan ini akan membina solidaritas dalam kelompok maupun perorangan yang kokoh.
g.             Fungsi transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan baru yang diterima berdasarkan ajaran agamanya yang dipeluknya terkadang mampu mengubah kesetiannya kepada adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu.

                    IV.                  KESIMPULAN
Bahwasanya agama mempunyai peranan penting dalam kehidupan karena tidak hanya mengatur kehidupan manusia  dal;am akhirat saja tetapi juga  mengatur bagaimana seharusnya manusia hidup d dunia, agama juga mengajarkan nilai-nilai moral, ada beberapa fungsi agama yaitu: fungsi edukatif, fungsi taransformatif, fungsi pemupuk rasa solidaritas, fungsi kreatif dsb.

                     V.                   PENUTUP
Demikian makalah yang kami buat, kritik dan saran yang membengaun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, amin.


DAFTAR PUSTAKA  

Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, 2004, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Endang, Saifudidin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, 1987, Jakarta:PT Bina Ilmu
Jalaludidin, Psikologi Agama, 1996, Jakarta: RajaGrafindo
M. Nashir, Rangkuman Pengantar Ilmu Jiwa,1989 Jakarta:Miswar



[1] Baharuddin,Paradigma psikologi islami, Yogyakarta: Pustaka pelajar, hal. 238-240
[2] Endang, Saifudidin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, 1987,  Jakarta:PT Bina Ilmu, hal. 172
[3] Jalaludidin, Psikologi Agama, 1996, Jakarta: RajaGrafindo, hal. 226-231