Selasa, 29 Mei 2012

Pengaruh Kelompok


PENGARUH KELOMPOK

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Sosial
Dosen Pengampu : Ibu Wening Wihartati




Disusun oleh :

                                               
Lailatis Syarifah                      (101111019)


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012



PENGARUH KELOMPOK
                   I. Pendahuluan
Kita semua adalah anggota kelompok yang pengaruhnya sangat besar dalam hidup.[1] Kebutuhan akan kelompok semakin hari semakin nyata. Terbukti bahwa makin banyak organisasi yang tumbuh. Disamping makin banyak jumlahnya, juga makin spesifik, baik dalam bentuk maupun aktifitas dan tujuannya.[2]
Kelompok adalah agregat sosial dimana anggota-anggota yang saling tergantung, dan setidak-tidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain.[3] Dengan demikian, mempelajari kelompok akan sangat berguna untuk memahami perilaku sosial.[4]

                II. Rumusan masalah
A.       Apakah yang dimaksud dengan kelompok?
B.       Bagaimana proses dan dasar terjadinya kelompok?
C.       Apakah yang dimaksud dengan norma kelompok?
D.       Bagaimana alasan masuk kelompok?
E.        Bagaimana pengaruh dalam kelompok?

             III. Pembahasan
A.       Pengertian kelompok
Dalam kehidupan dapat kita amati dalam masyarakat terdapat adanya kelompok-kelompok  tertentu yang jumlahnya sangat banyak, kelompok satu dengan lainnya berbeda. Menurut Show (1979) kelompok  ialah “as two or more people who interact with and influence one other”, yakni satu atau dua orang yang anggotanya saling berinteraksi satu dengan yang lain, dan karenanya saling mempengaruhi. Kelompok mempunyai ciri-ciri, yaitu tujuan, struktur, dan  groupness. Macam-macam kelompok, antara lain:

1.    Kelompok primer
Kelompok primer ialah kelompok yanng mempunyai interkasi sosial yang cukup intensif, cukup akrab, hubungan antara anggota satu dengan yang lain cukup baik. Kelompok ini juga sering disebut face to face group, anggota kelompok satu sering bertemu dengan kelompok lain, sehingga para anggota kelompok satu sering bertemu dengan kelompok yang lain, sehingga para anggota kelompok salinng kenal mengenal dengan baik. Misal keluarga, kelompok belajar.
2.    Kelompok sekunder
Kelompok sekunder  ialah  kelompok  yang mempunyai interaksi yang kurang mendalam bila dibandingkan dengan kelompok primer. Hubungan antara anggota satu dengan yang kurang mendalam, karenanya hubungan anggota satu dengan anggota yang lain agak renggang, tidak seintensif seperti pada kelompok primer. Hubungan pada kelompok sekunder lebih bersifat formal, objektif, atas dasar logis rasional, kurang bersifat kekeluargaan, sedangkan pada kelompok primer hubungannya justru sebaliknya, lebih bersifat informal, subjektif, atas dasar perasaan dan dasar kekeluargaan. [5]
Ciri-ciri kelompok
a.       Terdapat dorongan(motiv) yang sama pada individu-individu yang menyebabkan tejadinya interksi kearah tujuan yang sama.
b.      Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu individu yang satu denga yanng lain berdasarkan reaksi-reaksi dan kecakapan-kecakapan yang berbeda antara individu yang terlibat didalamnya. Oleh karena itu lambat laun mulai terbentuk pembagian tugas  serta struktur tugas tugas tertentu dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan yang sama itu. Sementara itu mulai pula terbentuk norma-norma yang khas dalam interaksi kelompok kearah tujuannya sehingga mulai terbentuk kelompok  sosial dengan ciri-ciri khas.
c.        Pembentukan dan penegasan struktur  kelompok yang jelas dan terdiri atas peranan-peranan dan kedudukan yang lambat laun berkembang dalam usaha pencapaian tujuannya.
d.      Terjadinya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan kelompok dalam merealisasikan tujuan kelompok.[6]

B.       Proses dan dasar pembentukan kelompok
Kelompok ialah suatu keadaan yang dialami oleh seseorang dengan alasan untuk mengelompokan dirinya dengan sesamanya untuk mencapai suatu tujuan bersama, dan dengan tujuan itu mungkin tak dapat dicapai sendiri dengan usahanya. Adapun dasar-dasar pembentukan kelompok yaitu:
Ø  Dasar psikologis
Ø  Dasar pedagogis
Yakni bahwa dengan terbentuknya kelompok dapat ditingkatkan taraf perkembanganya kepribadian seseorang. Dengan adanya hubungan timbal balik dalam kelompok maka prestasi idividu dapat ditingkatkan. Misalnya Rasa malu menjadi berani, sifat malas menjadi rajin akibat disiplin keleompok yang terlatih
Ø  Dasar didaktis
Kelompok memiliki nilai didaktis, yang sebagi alat  untuk menjadi perantara, penyampaian materi yang baru kepada anggota, dan melalui kerja kelompok anggota dapat menguasai suatu materi dengan jalan diskusi, sosial jawab secara singkat, melengkapi dan sebagainya.
Dalam sebuah kelompok terdapat norma-norma tingkah laku yang khas antara anggota kelompok yang mana diharapkan dari semua anggota kelompok dalam kedaan yang berhubungan  dengan kehidupan dan tujuan interaksi kelompok, dengan norma kelompok memberi pedoman mengenai tingkah laku mana dan sampai batas mana masih dapat diterima oleh kelompok dan tingkah laku anggota yang mana tidk diperbolehkan lagi oleh kelompok.[7] 

C.       Norma Kelompok
Yang dimaksud dengan norma kelompok adalah pedoman-pedoman yang mengatur perilaku atau perbuatan anggota kelompok, norma berada dan berlaku dalam kelompok yang bersangkutan. Dalam organisasi terdapat norma-norma yang berlaku dalam organisasi yang bersangkutan. Karena adanya bermacam-macam kelompok, maka norma yang ada dalam suatu kelompok tertentu, mungkin tidak berlaku untuk kelompok lain. Dalam norma kelompok sikap dan tangggapan anggota bermacam-macam, ada yang tunduk dengan norma tersebut dengan terpaksa karena ia bergabung dengan kelompok yang bersangkutan, tetapi juga ada yang tunduk dengan norma kelompok dengan penuh pengertian dan kesadaran, hingga norma kelompok dijadikan normanya sendiri. Norma kelompok bersifat tidak tetap, yang dapat berubah sesuai dengan keadaan yang dihadapi oleh kelompok.[8]
Norma bisa tertulis, bisa juga tidak tertulis. Untuk organisasi formal, biasanya norma yang diterapkan tertulis. Norma yang tertulis pada umumnya mencakup hal-hal yang khusus, sehingga lebih tepat disebut sebagai peraturan. Dengan adanya norma dan peraturan kelompok, maka individu akan berperilaku sesuai dengan batas yang ditentukan. Lebih jauh lagi ia akan berperilaku sesuai dengan tugas yang dibebankan padanya. Untuk itulah muncul peran-peran tertentu di dalam suatu kelompok.[9]

D.    Alasan masuk kelompok
Sebagian besar orang masuk kelompok mempunyai alasan tertentu, meskipun tanpa disadari.
Secara psikologis, orang masuk dalam kelompok setidaknya karena tiga alasan (Worchel dan Cooper, 1983), yaitu:
1.      Pada hakekatnya orang mempunyai kebutuhan untuk berafiliasi.
2.      Kelompok sering menjadi sumber informasi.
3.      Kelompok sering memberikan hadiah. Alasan ini sering menjadi dasar kepindahan orang ke kelompok lain.[10]

E.     Pengaruh Kelompok
Anggota dalam kelompok yang kohesif akan memberikan respon yang positif terhadap para anggota kelompok. Penemuan French memberikan gambaran bahwa dalam kelompok yang terorganisasi motivasinya lebih baik atau lebih tinggi dari pada kelompok yang tidak terorganisasi. Secara teoritik kelompok yang kohesif akan terdorong untuk konform dengan norma kelompok dan merespon positif terhadap anggota kelompok.[11]
Kekuatan  pengaruh  dalam  suatu kelompok dapat mengubah perilaku anggota di dalamnya. Sehingga individu dapat menjadi orang  yang sedikit atau bahkan jauh berbeda jika berada di dalam suatu kelompok.
Passer dan Smith melaporkan penelitian yang dilakukan oleh Norman Triplett(2007:623) mengenai pengaruh kelompok. Triplett menggunakan hipotesis bahwa kelompok dapat meningkatkan performa orang.
Pengertian dari pengaruh sosial(social influence) itu sendiri seperti yang dikemukakan oleh Cialdini, adalah usaha untuk mengubah sikap, kepercayaan(belief), persepsi, atau pun tingkah laku satu atau beberapa orang lainnya(Sarwono dan Meinarno:2009, 105).
Kelompok dengan caranya sendiri dapat mempengaruhi individu, biasanya dengan norma atau aturan-aturan yang ada di dalamnya. Kadang  terbesit di kepala kita untuk  melakukan  sesuatu, hanya saja  karena terbentur  aturan dalam masyarakat (kelompok masyarakat) kita  mengurungkan  niat. Kemudian apa yang terjadi  kalau  kita tidak mengindahkan aturan dalam kelompok? Kemungkinan yang  sering  terjadi adalah  dikucilkan dari kelompok. Sementara  secara instingtif kita adalah makhluk sosial, yang ingin diterima secara sosial di tempat kita berada. Pengucilan  dari  suatu  kelompok dapat  menjadikan kita tidak nyaman.
Namun melalui norma inilah, kelompok dapat membentuk keteraturan di dalamnya  untuk  menjaga stabilitas  kelompok  dan keamanan anggotanya. Norma sosial sebagai  salah satu instrumen  pengaruh dalam kelompok diartikan sebagai, “…shared expectations about how people should think, feel, and behave…”(Schaller&Crandall, dalam Passer&Smith: 2007, 624). Pengertian norma juga diajukan oleh Sarwono dan Meinarno(2009:106), yaitu “aturan-aturan yang mengatur tentang bagaimana sebaiknya kita bertingkah laku”.
Norma dalam  rumah, masyarakat, kebudayaan, perusahaan atau organisasi secara umum  inilah salah satu faktor yang membuat kita terpengaruh untuk memunculkan perilaku berbeda ketika sedang dalam kelompok.[12]
 IV.            Kesimpulan
Kelompok ialah “as two or more people who interact with and influence one other”, yakni satu atau dua orang yang anggotanya saling berinteraksi satu dengan yang lain, dan karenanya saling mempengaruhi. Kelompok mempunyai ciri-ciri, yaitu tujuan, struktur, dan  groupness. Macam-macam  kelompok yaitu  kelompok primer dan kelompok sekunder. Dalam kelompok juga ada dasar-dasar pembentukan kelompok, yaitu:
Ø    Dasar psikologis
Ø    Dasar pedagogis
Ø    Dasar didaktis
Dalam kelompok juga terdapat norma kelompok yaitu, pedoman-pedoman yang mengatur perilaku atau perbuatan anggota kelompok, norma berada dan berlaku dalam kelompok yang bersangkutan. Kelompok dengan caranya sendiri dapat mempengaruhi individu, biasanya dengan norma atau aturan-aturan yang ada di dalamnya. Kadang  terbesit di kepala kita untuk  melakukan  sesuatu, hanya saja  karena terbentur  aturan dalam masyarakat (kelompok masyarakat) kita  mengurungkan  niat. Kemudian apa yang terjadi  kalau  kita tidak mengindahkan aturan dalam kelompok? Kemungkinan yang  sering  terjadi adalah  dikucilkan dari kelompok. Namun melalui norma inilah, kelompok dapat membentuk keteraturan di dalamnya  untuk  menjaga stabilitas  kelompok  dan keamanan anggotanya.

    V.            Penutup
Demikianlah makalah yang kami buat, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, amin








DAFTAR PUSTAKA

 Ahmadi, Abu,  Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta), 1999
Faturochman, Pengantar Psikologi Sosial, ( Yogyakarta: Pustaka), 2006
Gerungan, Psikologi Sosial,( Bandung: Refika Aditama), 2004
Sears, David O, dkk ( alih bahasa, Michael Adryanto), Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga), 1994
Walgito, Bimo, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Andi), 2002



[1]David O.Sears, Jonathan L. freedman, L.Anne Peplau,( alih bahasa, Michael Adryanto), Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1994),  eds. V, hal. 106
[2]Dr. Faturochman, M.A, Pengantar Psikologi Sosial, ( Yogyakarta: Pustaka, 2006) cet. I, hal. 90
[3] Opcit, David, hal. 107
[4] Opcit, Faturochman, hal. 90
[5] Bimo, walgito, Psikologi Sosial, 2002, Yogyakarta: Andi. Hal.76-77
[6] Gerungan, Psikologi Sosial, 2004, Bandung: Refika Aditama. Hal 94-95
[7] Abu, ahmadi, Psikologi Sosial, 1999, Jakarta: Rineka Cipta. Hal 106-108
[8] Bimo, hal 89-90
[9] Opcit, Faturochman, hal. 92
[10] Ibid, hal. 92-93
[11] Opcit. Bimo, hal.81